VISI

VISI
We Care = Kami Peduli, dengan SDM sebagai Business Partner Usaha Anda

ARTIKEL SEPUTAR HR

Mempromosikan Diri tanpa "Menjilat"

Banyak cara untuk mencari perhatian di tempat kerja, baik itu dari teman-teman satu tim maupun dari atasan. Siapa sih yang tak ingin kelihatan menonjol di mata orang lain. Lebih-lebih dalam konteks pekerjaan, "menonjol" bisa membantu mempercepat kemajuan karier. Namun, berhati-hatilah. Keinginan yang terlalu menggebu untuk terlihat paling menonjol di antara yang lain di kantor, salah-salah bisa membuat Anda "over-acting". Bila ini terjadi, bukannya simpati atau penilaian yang positif yang Anda dapatkan melainkan justru label buruk, misalnya Anda bisa dicap sebagai penjilat. Memangnya Anda mau mendapatkan penghargaan sebagai The Most Likely to Kiss Some Boss Butt?

Oleh karenanya sebelum Anda beraksi di tempat kerja, pastikan dulu Anda mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah Anda tipe karyawan yang sebenarnya tidak memiliki keterampilan yang jelas dalam bidang tertentu, namun pintar memanfaatkan situasi dan mencari celah untuk mempromosikan diri?

2. Apakah Anda suka membuatkan kopi untuk bos, sambil berusaha agar semua orang tahun bahwa Anda melakukannya?

3. Apakah Anda selalu merasa punya andil dan jasa atas kesuksesan orang lain, padahal kenyataannya tidak demikian, atau andil dan jasa Anda tidak sebesar yang Anda gembar-gemborkan?

4. Sebaliknya dari no.3, apakah Anda gemar mencari kesalahan orang lain untuk kegagalan pekerjaan Anda?

5. Apakah Anda punya kebiasaan mengulur-ulur waktu meeting dengan komentar-komentar panjang yang "nggak penting", sekedar untuk menunjukkan bahwa Anda ada di situ?

6. Apakah Anda suka menggosipkan teman-teman sekerja, dan menceritakan kekurangan mereka kepada atasan?

7. Apakah Anda orang terakhir yang meninggalkan kantor padahal sebenarnya tak ada alasan apapun bagi Anda untuk pulang belakangan?

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut "tidak", maka Anda memang bukan seorang penjilat. Namun, jika Anda masih ragu-ragu atau bahkan diam-diam mulai mengakui bahwa semua itu adalah kebiasaan Anda sehari-hari selama ini, maka Anda sebenarnya bukanlah karyawan yang berdedikasi seperti yang Anda pikirkan. Artinya, inilah saatnya bagi Anda untuk berubah, demi kesehatan karier Anda. Sebab, percayalah, di mana pun tak ada tempat bagi orang yang menempuh cara-cara yang bersifat menjilat dalam mengejar kemajuan karier di tempat kerja.

 

Timbang Masak-masak Sebelum Teken Kontrak

Bagi mereka yang baru lulus dari universitas, dunia kerja boleh jadi merupakan babak awal di mana hidup seolah-olah memasuki "dunia nyata". Oleh karenanya, sungguh penting bagi para lulusan yang sedang mendapatkan pekerjaan pertama untuk memperhatikan banyak hal sebelum menandatangani kontrak alias menerima pekerjaan itu.

Saran untuk membuat pertimbangan masak-masak sebelum meneken kontrak tentu tidak hanya berlaku bagi lulusan baru yang pertama kali memasuki dunia kerja. Bagi mereka yang mendapat tawaran kerja baru dari perusahaan lain, atau pindah ke tempat kerja baru untuk memulai karir yang baru, tetap penting untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Pertimbangkan harapan-harapan yang realistik terhadap gaji. Jika ini kontrak kerja pertama Anda, maka sebaiknya Anda sudah punya gambaran mengenai gaji lulusan baru untuk industri yang bersangkutan, sehingga permintaan Anda sesuai proporsi. Jika kasusnya adalah Anda sedang pindah kerja untuk memulai karir baru, jangan serta-merta berasumsi bahwa Anda "berhak" atas gaji yang berlipat-lipat. Kembalikan ke tujuan utama Anda pindah kerja, di samping juga pertimbangkan kondisi perusahaan

2. Perhatikan paket(-pake) benefit yang ditawarkan. Ingat bahwa gaji Anda hanyalah salah satu komponen dari sebuah paket yang disediakan perusahaan. Jangan sungkan untuk menanyakan, apa saja benefit lain yang ditawarkan, dan bandingkan lebih baik mana dengan yang Anda terima di perusahaan sebelumnya.

3. Ingatlah sejak awal bahwa kepuasan kerja merupakan sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan berapa rupiah yang bisa Anda bawa pulang. Ini sering dilupakan oleh para pencari kerja pertama maupun mereka yang pindah kerja. Berapa pun gaji dan bonus yang Anda terima, kalau Anda membenci pekerjaan Anda, maka Anda tidak akan bahagia.

4. Ambilah keputusan berdasarkan situasi dan kondisi yang "nyata", dan bukan berdasar "bagaimana seandainya". Jangan khawatir apa yang akan terjadi jika semua itu menuntur ke jalan sukses bagi pekerjaan baru Anda. Yang penting, apa yang bisa Anda lakukan sekarang.

5. Ingatlah bahwa mencari pekerjaan adalah (bagian dari) keseluruhan pekerjaan itu sendiri. Jika Anda sedang ingin melakukan perubahan, Anda perlu sebuah pendekatan yang melihat perubahan itu seperti sebuah proyek pekerjaan. Rencanakan segala sesuatunya agar berjalan sesuai keinginan.

 

 

 

 

Ketika Figur "Hero" Pergi

Dalam setiap perusahaan, ada sosok-sosok yang telah menjadi semacam "legenda". Keberadaan mereka demikian ikonik sehingga sulit dibayangkan aktivitas perusahaan masih bisa berjalan dengan baik tanpa mereka. Umumnya, mereka ini sudah senior secara umur sehingga mau tidak mau pada saatnya mereka akan pergi meninggalkan perusahaan.

Terlepas dari soal masa pensiun yang akan dialami oleh siapa pun, setiap perusahaan pasti mengalami saat ketika harus menghadapi pengunduran diri atau kepergian figur-figur senior yang merupakan tumpuan bisnis. Sebab dan alasannya bisa macam-macam, yang jelas perusahaan harus siap dengan langkah antisipasi.

Ketika seorang figur senior pergi, perusahaan harus menyadari sejak dini dampaknya terhadap "gerbong" yang ditinggalkan. Terutama, perlu disadari bahwa sosok-sosok yang berpengaruh tersebut memiliki anak buah yang fanatik. Sehingga, perlu diantisipasi agar para "pengikut" tersebut tidak mengikut jejak pujaan mereka, yakni keluar dari perusahaan.

Di samping itu, kepergian seorang figur senior akan meninggalkan kekosongan jabatan. Tanpa adanya figur yang dianggap "hero", karyawan pada divisi atau departemen yang bersangkutan akan kehilangan semangat dan motivasi.

Komunikasi

Sebagaimana berlaku dalam hampir semua lini kehidupan perusahaan, komunikasi merupakan kata kunci yang penting. Figur-figur senior yang dikagumi umumnya telah bekerja dalam waktu lama di perusahaan. Oleh karenanya, penting bagi pihak HR untuk mengkomunikasikan rencana kepergian mereka sejak awal.

Selain mengumumkan kepada karyawan, HR perlu bicara mengenai proses rekrutmen untuk menggantikan figur senior yang pergi itu. Cari tahu, apa yang diinginkan karyawan atas sang sosok pengganti; sehingga HR tahu tipe orang seperti apa yang harus dicari. Pastikan bahwa "gerbong" yang ditingalkan percaya bahwa Anda (dari bagian HR) sedang mencari pemimpin yang terbaik buat mereka.

Sang pengganti memang tidak harus sama dengan sosok idola yang telah pergi, namun usahakan dia orang dalam sendiri yang telah dikenal dan mengenal karyawan, serta tahu seluk-beluk dan budaya perusahaan. Dengan merekrut secara internal, Anda bisa menghindari masalah-masalah klasik yang biasa dibawa oleh orang dari luar, seperti problem adaptasi.

Intinya, orang-orang datang dan pergi di perusahaan, dan HR harus senantiasa siap-sedia. Lakukan 5 hal berikut:

1. Cari tahu alasan mereka pergi.

2. Jangan pernah lengah

3. Buatlah 'succession plan'

4. Awasi talent-talent dari luar

5. Lakukanlah benchmarking

Tips Lanjutan

Jangan menunda pengisian jabatan yang lowong sepeninggalan figur senior. Semakin lama kepemimpinan dibiarkan kosong, efeknya akan semakin merusak. Ingatlah selalu:

** Perlakukan "unexpected resignation" dari seorang figur senior sebagai kenyataan, bukan sesuatu yang Anda harap tidak akan terjadi --38% perusahaan menghadapi situasi ini sepanjang tahun lalu.

** Lakukan audit atas peran-peran kunci guna mengkuantifikasikan pengaruh bisnis mereka dan kesulitan rekrutmen, untuk memprioritaskan pengganti yang terpenting.

** Pertimbangkan kecepatan rekrutmen. Menggunakan jasa headhunter bisa sangat lama dan mahal.

Mengembangkan Karyawan dengan Jurus Kungfu Panda

Film animasi Kungfu Panda yang sampai sekarang masih diputar di bioskop-bioskop di Jakarta karena larisnya, selain memberi hiburan yang menyegarkan juga merupakan sumber hikmah berlimpah yang bisa diambil manfaatnya bagi para manajer, trainer, atasan maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengelola karyawan. Anda yang kebetulan belum menonton film ini, atau bahkan yang sudah pun, mungkin jadi bertanya-tanya, bagaimana ceritanya sebuah film --animasi lagi!-- bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk mengelola dan bahkan mengembangkan karyawan?

Pada dasarnya, kisah film ini sederhana saja. Seekor panda jantan gemuk bernama Po digadang-gadang ayahnya untuk mewarisi pengelolaan bisnis restauran mie miliknya yang terkenal lezat. Suatu hari sang ayah pernah bilang, ada resep rahasia yang kelak harus diketahui oleh Po. Namun, harapan sang ayah berantakan karena Po tanpa tersangka-sangka terpilih (oleh takdir) menjadi Pendekar Naga yang harus menyelamatkan kehidupan desanya. Untuk itu, Po harus dilatih kungfu terlebih dahulu. Namun, bagaimana mungkin sedang ia hanyalah si gemuk yang susah bergerak dan tahunya makan enak? Dalam keputusasaannya, Master Shi Fu sang guru kungfu tiba-tiba menemukan cara untuk memungkinkan potensi Po untuk dikembangkan secara maksimal sesuai harapan.

Alhasil, Po pun akhirnya menguasai ilmu kungfu tingkat tinggi. Tugasnya sekarang, sebelum mengalahkan musuh yang mengancam kehidupan seluruh desa, memecahkan rahasia Kitab Naga demi kesempurnaan ilmunya. Tapi, kitab tersebut ternyata hanyalah lembaran kosong. Po pun kehilangan harapan, lalu kembali kepada ayahnya yang pengusaha restauran mie. Saat itulah, sang ayah membisikkan rahasia resep kelezatan mie yang dulu dijanjikannya. Apa kata sang ayah? "Tidak ada rahasia. Mie itu lezat karena kita yakini lezat." Po mendapat inspirasi dari penuturan ayahnya itu, bahwa Kitab Naga itu memang kosong dan dirinya hanya harus yakin mampu mengalahkan musuh yang sudah menantinya.

Dari sekelumit ringkasan di atas, kita bisa menarik butir-butir yang berharga untuk membantu mengembangkan potensi karyawan:

1. Rahasia untuk menjadi istimewa tak lain adalah keyakinan bahwa Anda memang istimewa.

Bangkitkan prinsip seperti itu pada diri setiap karyawan. Kalau kita berpikir diri kita spesial, unik, memiliki keunggulan, beda dari yang lain, dan berharga maka kita pun akan mendapatkan dorongan dari dalam untuk melakukan hal-hal yang istimewa.

2. Terus berusaha mewujudkan mimpi (sampai) menjadi kenyataan.

Po yang gemuk, tertatih-tatih menaiki tangga padepokan dan baru beberapa langkah saja sudah lelah, tidak begitu saja pantang menyerah. Kegigihannya terus dipertahakna hingga akhirnya ia bisa menguasai kungfu. Jangan biarkan pikiran negatif menghalangi kita untuk meraih impian, apalagi kemudian menyerah. Tanamkan pada karyawan bahwa kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri dan hari ini adalah anugerah. Kegagalan masa lalu tidak boleh membayangi langkah kita, demikian juga ketakutan akan masa depan. Hidup adalah perbuatan, kata sebuah iklan. Berbuatlah hari ini, yakni hari yang telah dihadiahkan Tuhan pada kita.

3. Kita tidak akan berhasil mengembangkan orang lain, sebelum kita percaya dengan kemampuan yang dimiliki orang itu, juga kemampuan kita sendiri.

Master Shi Fu awalnya menolak melatih Po karena menilai bahwa Po adalah pilihan yang salah. Lagi pula, mana mungkin melatihnya dalam waktu singkat? Banyak manajer atau atasan yang belum-belum sudah memberi label pada seorang karyawan sebagai "tidak berbakat" dan penilaian-penilaian sejenis. Selain merugikan karyawan yang bersangkutan, juga membuat sang manajer itu sendiri juga kehilangan kepercayaan diri untuk mengembangkannya.

4. Temukan "sesuatu" dari diri karyawan dan manfaatkanlah hal itu sebagai cara untuk mengembangkan dan memotivasi mereka.

Shi Fu akhirtnya melihat bahwa kegemaran Po makan bisa dijadikan "pintu masuk" untuk memberi pelajaran-pelajaran kungfu. Setiap karyawan adalah satu keunikan, temukan itu untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ibarat rambut sama hitam, tapi setiap orang berbeda-beda dalam faktor yang membangkitkan motivasi mereka.

5. Tidak ada kebetulan.

Faktor kebetulan hanya terjadi pada cerita-cerita fiksi murahan. Dalam mengelola dan mengembangkan karyawan, buang jauh-jauh harapan pada kebetulan. sebab, kebetulan itu tidak ada, yang ada adalah usaha yang sungguh-sungguh dalam melihat dan menghargai setiap potensi individu.

Kelola Energi Anda, Bukan Waktu

Dari hari ke hari, organisasi terus dituntut untuk semakin perform. Akibatnya, para karyawan pun tak henti-henti mencoba untuk meningkatkan kinerjanya. Tak jarang, hal itu menimbulkan kelelahan, bosan dan sakit. Panjangnya jam kerja di kantor tidak banyak membantu karena waktu merupakan sumber daya yang terbatas. Tapi, energi setiap orang merupakan sumber daya yang senantiasa bisa diperbaharui. Oleh karenanya, jika ingin sukses di era yang kompetitif saat ini, organisasi perlu mendorong karyawan untuk memperhatikan management energi mereka. Manajemen waktu sudah tidak relevan lagi.

Kolumnis dari Harvard Business Review, Tony Schwartz dan Catherine McCarthy mengatakan, ada 4 dimensi besar dari energi kita yang perlu diupayakan pembaharuannya terus-menerus. Yakni, Fisik, Emosional, Mental dan Spiritual. Lebih jauh, keduanya merekomendasikan sejumlah latihan untuk menyegarkan masing-masing energi tersebut.

Energi Fisik:

-- Tidur lebih awal dan kurangi, atau kalau perlu hindari, konsumsi alkohol.

-- Hindari stres dengan rajin berolah raga.

-- Makanlah makanan ringan setiap 3 jam sekali.

-- Antisipasi tanda-tanda penurunan energi seperti kecapekan, lapar dan sulit konsentrasi.

-- Sering-seringlah istirahat sebentar, tinggalkan meja kerja setiap 90 hingga 120 menit.

Energi Emosional:

-- Hindari perasaan-perasaan negatif seperti mudah tersinggung, tidak sabaran, kesepian --dengan selalu menarik nafas dalam-dalam.

-- Sebaliknya: timbulkan perasaan-perasaan positif dalam diri Anda dan orang lain dengan menunjukkan sikap-sikap yang apresiatif, obrolan ringan, saling berkirim email humor atau artikel menarik lainnya.

Energi Mental:

-- Kurangi berbagai interupsi dengan berkonsentrasi-tinggi pada pekerjaan-pekerjaan, dan menjauhkan diri dari telepon dan email.

-- Merespon email maupun voice mail pada waktu-waktu tertentu yang sudah didesain.

-- Setiap malam, tentukan tugas paling mendesak yang harus diselesaikan esok hari. Prioritaskan hal itu ketika tiba di kantor pada pagi hari.

Energi Spriritual:

-- Temukan "sweet spot" dari aktivitas-aktivitas Anda --yakni hal-hal yang membuat Anda merasa efektif, bersemangat dan tertantang.

-- Alokasikan waktu dan tenaga untuk hal-hal yang Anda anggap paling penting. Misalkan, buatlah diri Anda rileks pada 20 menit terakhir sebelum pulang, sehingga begitu sampai di rumah, Anda langsung bisa "nyambung" dengan keluarga.

-- Kenali keunggulan maupun kelemahan yang Anda miliki. Misalnya Anda merasa sulit tepat waktu, maka usahakan bersiap diri jauh-jauh sebelum jadwal meeting.

Bagaimana Perusahaan Membantu?

Untuk mendorong dan membantu karyawan mewujudkan usaha menyegarkan energi mereka, pihak perusahaan bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

-- Sediakan ruangan khusus yang bisa digunakan oleh karyawan untuk bersantai.

-- Mensubsidi keanggotaan klab senam atau fitness bagi karyawan.

-- Mendorong para manajer untuk mengizinkan karyawan memiliki "midday workouts".

-- Menyarankan setiap orang untuk berhenti mengecek email selama meeting berlangsung.

Meng-Update 9 Skill Manajemen HR

Ketika mewawancarai calon karyawan, seorang staf HR harus mengikuti sejumlah prosedur baku untuk menguji kandidat tersebut. Antara lain dengan mencocokkan keahlian-keahlian yang dimiliki oleh kandidat berikut karakteristik personalnya dengan persyaratan yang dibutuhkan untuk posisi pekerjaan yang akan ditempatinya.

Menguji untuk mendapatkan orang yang paling tepat untuk mengisi jabatan tertentu hanyalah salah satu dari keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang profesional di departemen HR. Pada dasarnya ada 9 keterampilan yang harus selalu di-up date oleh orang HR agar senantiasa siap menjalankan peran dan fungsinya sebagai mitra strategis bagi bisnis dalam mengelola karyawan.

1. Organization

Manajemen HR memerlukan langkah-langkah pendekatan. Data-data yang rapi, kemampuan mengelola waktu dengan baik, efisiensi personal merupakan hal-hal yang mendasar dalam fungsi HR. Sebagai pimpinan atau pun staf HR, Anda berurusan dengan kelangsungan hidup dan karir banyak orang. Ketika seorang manajer lini meminta data personal seorang karyawan atau meminta rekomendasi mengenai kompensasi yang sesuai dengan organsasi maupun industrinya, Anda tak bisa dengan enaknya mengatakan, "Tunggu ya, aku lihat dulu ada apa enggak."

2. Multitasking

Menjadi orang HR harus punya banyak "tangan". Pada menit ini Anda menghadapi karyawan yang sedang "curhat" tentang masalah pribadinya, menit berikutnya membereskan klaim biaya meeting yang diajukan karyawan lain, dan pada menit yang lain lagi memikirkan strategi rekrutmen yang tepat untuk situasi sekarang. Berbagai prioritas dan kebutuhan bisnis bergerak dan berubah dengan cepat. Klien A tidak mungkin menunggu dengan alasan bahwa Anda sedang sibuk dengan kolega B. Anda harus bisa meng-hadle semua.

3. Discretion and Business Ethics

Profesional HR adalah hari nurani perusahaan, di samping juga penjaga kerahasiaan informasi. Seiring Anda melayani top management, Anda juga harus memastikan bahwa karyawan juga tetap berhak memiliki privasi yang terjaga.

4. Dual Focus

Profesional HR harus mampu berdiri di tengah-tengah antara kepentingan dan kebutuhan karyawan dan manajemen. Ada saat ketika Anda harus mengabil keputusan untuk melindungi karyawan, dan pada saat yang lain Anda akan dihadapkan pada panggilan untuk melindungi organisasi, budaya dan nilai-nilainya. Dengan posisi ini, Anda akan mudah disalahpahami, dan kuncinya ada pada komunikasi.

5. Employee Trust

Karyawan berharap pada orang HR untuk membela kepentingan mereka, tapi Anda juga dituntut untuk mendukung setiap kebijakan dari top management. Dengan menyeimbangkan antara dua kutub yang sama-sama menarik tangan Anda itu, maka Anda akan mendapatkan kepercayaan.

6. Fairness

Komunikasi yang jelas, saluran aspirasi yang tersedia, adanya kesempatan bagi semua orang untuk mengemukakan pendapatnya, aturan yang ditegakkan dengan konsisten, mengembangkan sikap saling menghargai...itulah hal-hal yang harus dijaga untuk menciptakan suasana keterbukaan di kantor.

7. Dedication to Continuous Improvement

Profesional HR harus selalu siap membantu manajer mendampingi dan mengembangkan karyawan di lini masing-masing. Dengan begitu, kemajuan dan inovasi bisa berkelanjutan, dan jika perlu dibarengi dengan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan fungsi HR sendiri.

8. Strategic Orientation

Berpikir ke depan adalah bagian dari peran kepemimpinan dan strategi manajemen yang dimiliki orang HR. Mengisi kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja berkualitas, merancang skema penggajian yang baik, memberi pelatihan kepada karyawan untuk mendukung pertumbuhan bisnis merupakan perwujudan dari ungkapan yang sudah sering Anda katakan di mana-mana bahwa, "Karyawan adalah aset terpenting."

9. Team Orientation

Dalam dunia bisnis saat ini, tim adalah raja. Manajer HR harus senantiasa memahami dinamika tim yang ada, dan melakukan upaya untuk menjaga semangat kebersamaan dan membuat tim bekerja dengan baik.

Pindah Tanpa Gegabah

Tahun baru, segepok resolusi. Ada yang berharap, tahun ini harus dapat promosi. Ada yang "sekedar" memimpikan kenaikan gaji. Namun, tak sedikit juga yang bertekad untuk pindah kerja! Boleh-boleh saja. Lebih-lebih, bagi yang merasa sudah "mentok" di perusahaan mereka yang sekarang, pindah ke perusahaan lain barangkali bisa menjadi awal untuk meningkatkan karier sesuai cita-cita.

Namun, jangan lupa, pindah kerja juga ada etikanya. Konon, watak sejati seorang pekerja atau profesional tidak hanya bisa dilihat dari perilakunya ketika datang pertama kali ke sebuah kantor untuk melamar pekerjaan. Melainkan, juga bisa dilihat bagaimana yang bersangkutan ketika mau resign. Seorang karyawan yang memiliki integritas akan mengundurkan diri dengan cara sebaik-baiknya. Ibarat kata, datang tampak muka, pergi tampak punggung.

Gegabah

Hal-hal paling mendasar yang perlu diperhatikan oleh seorang karyawan ketika hendak mengundurkan diri mungkin sudah sering Anda dengar atau baca. Misalnya, mengajukan surat pengunduran diri dengan sopan minimal sebulan sebelum tanggal keluar; mengembalikan barang-barang milik kantor dalam keadaan baik; mendatangi teman-teman untuk pamitan; melunasi utang-utang uang maupun pekerjaan sampai tuntas; mengucapkan terimakasih dengan hangat.

Semuanya itu begitu sederhana, namun pada kenyataannya tak sesederhana itu ketika tiba saat untuk mempraktikkannya. Yang banyak terjadi justru kebalikannya, orang cenderung memperlihatkan sikap yang tinggi hati begitu mendapat pekerjaan baru, sehingga kemudian meninggalkan kantor lama dengan gegabah. Misalnya, berjalan keluar dari kantor pada hari terakhir dengan dada membusung kepala mendongak dan membanting pintu; pamit dengan teman kantor dan atasan dianggap tak seberapa perlu; utang pekerjaan tidak dituntaskan, juga tidak dititipkan --apalagi utang duit. Bahkan, ada yang mencuri barang properti kantor yang serasa sudah jadi milik sendiri.

Ada juga orang yang pada hari-hari terakhirnya ogah-ogahan bekerja sambil terus saja gembar-gembor sana-sini bahwa ia mendapat gaji 5 kali lipat di tempat baru. Atau, mengambil cuti beberapa minggu sebelum pindah, padahal dia sudah masuk kantor baru --semua itu cuma akal-akalan supaya dia masih dapat gaji dan uang transportasi dari perusahaan yang akan ditinggalkannya. Ironisnya, dia menunggu semua itu sambil menjelek-njelekkan bosnya dengan pikiran, ah sebentar lagi mau pindah ini, nggak bakal ketemu lagi ini!

Dunia Sempit

Satu hal yang perlu diingat oleh orang yang hendak resign, jangan congkak dan tinggi hati. Dunia ini sempit. Jangan meninggalkan permusuhan dengan bos maupun rekan sekerja di kantor lama. Bukan hal yang mustahil bahwa suatu saat kelak, kita akan bertemu lagi dengan mereka, sebagai bos ataupun teman sekerja. Di samping itu, kita juga mungkin suatu saat masih membutuhkan bantuan mereka, misalnya meminta surat rekomendasi untuk melamar kerja di tempat yang lain lagi, atau untuk mengajukan beasiswa. Beranikah kita datang ke kantor lama menghadap bekas bos --dan bertemu lagi dengan teman-teman lama-- yang sudah kita jelek-jelekkan?

Sekali lagi, dunia sempit. Reputasi seseorang bisa menyebar dengan luas di luar dugaan. Seorang karyawan yang keluar dari satu perusahaan dan pindah ke perusahaan lain dengan baik-baik niscaya reputasi profesionalnya akan terus terjaga dan sampai ke telinga calon bos-bos atau calon teman-teman baru.

Seorang supervisor yang biasa menginterview calon karyawan bersama pimpinan HRD di perusahananya menceritakan pengalamannya. "Setiap mendengar calon karyawan menjelek-jelekkan bekas bos dan perusahaannya, kami saling berpandangan dan mengangkat alis, isyarat bahwa kami tidak akan menerima dia, betapa pun cemerlangnya hasil tes dia di tahap rekruitmen sebelumnya. Interview segera ditutup dan kami menginterview calon karyawan berikutnya